3 Kisah Pelajar Sukabumi Semangat Belajar di Tengah Keterbatasan
SUKABUMI, Gemantara News
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap 2 Mei. DI Kabupaten Sukabumi banyak kisah mereka yang tetap semangat mengenyam pendidikan meskipun di tengah keterbatasan. Berikut beberapa kisah pelajar asal Sukabumi yang inspiratif dan memotivasi banyak orang.
Kisah Adul, Merangkak ke Sekolah hingga Bertemu Jokowi.
Kegigihan Muklis Abdul Kholik alias Adul (9) bersekolah menginspirasi banyak orang. Siswa kelas III SDN 10 Cibadak, Sukabumi, itu tetap bersemangat menimba ilmu ke sekolah dengan cara merangkak. Jarak rumah ke sekolahnya sekitar 3 kilometer.
Keinginan bocah inspiratif asal Kampung Cikiwul, RT 01 RW 01 Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Anak asuh pasangan suami-istri (pasutri) Dadan (50) dan Pipin (45) ini setiap hari harus melewati jalanan terjal dan jembatan bambu tanpa bantuan. Menurut keterangan Pipin, keputusan itu diminta sendiri oleh Adul karena tidak ingin merepotkan mereka.
“Pas PAUD kemudian masuk SD hanya sampai kelas II dia digendong sama ayahnya. Ketika kelas III, dia minta berangkat sendiri. Awalnya kami sempat khawatir dia dijaili teman-temannya. Namun, karena kami percaya dia bisa, akhirnya keterusan sampai sekarang. Kadang saya ikut nganter aja ngikutin di belakang,” kata Pipin kepada awak media, Jumat (9/11/2018).
Mimpi Adul akhirnya terkabul, sebelum perjumpaannya dengan Jokowi, Adul pernah diundang Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di kantor Kementerian Sosial RI, Jakarta, pada Selasa (13/11/2018). Di tempat itu Adul tidak sendirian. Dia ditemani relawan sosial Sahabat Kristiawan Peduli (SKP) dan wali kelasnya Euis Khodijah, yang mengantarnya dari Sukabumi.
Harapan Adul bertemu dengan Jokowi akhirnya terkabul saat acara Hari Disabilitas Internasional, Senin (3/12/2018). Pertemuan Jokowi dengan Adul berlangsung di Summarecon Bekasi, Jawa Barat. Pantauan awak media, pertemuan berlangsung di salah satu tenda di lokasi acara tersebut.
Adul, yang mengenakan kemeja batik, tampak dipangku oleh Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita. Adul juga tampak memegang kaki palsu.
Jokowi, yang mengenakan kaus bertema Hari Disabilitas Internasional, duduk berhadapan dengan Adul. Jokowi pun mengajak Adul berdialog.
Kisah Adia, Berseragam SMA Gigih Berjualan Sayuran Kaki Adia Riswandi terlihat mantap menapaki jalan lingkungan di Desa Ubrug, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Hujan gerimis tidak menyurutkan semangat remaja 17 tahun itu berjualan sayur dengan seragam SMA menempel di tubuhnya.
Tidak terlihat guratan putus asa meski pundaknya memikul sayur. Pelajar kelas 3 SMA itu sengaja meluangkan waktu sebelum masuk sekolah dengan berjualan sayuran hasil menanam sendiri bersama ayahnya.
“Bapak sakit sudah tiga tahun, lalu ibu yang membiayai jadi buruh cuci. Adia nggak tega, kasihan lihat ibu berangkat pagi pulang magrib bawa pulang Rp 50 ribu. Lalu inisiatif sendiri Adia mulai berjualan, sebelum berangkat sekolah dan pulang sekolah,” ungkap Adia saat berbincang dengan awak media, Kamis (17/11/2022).
Video saat Adia berjualan sayur mengenakan seragam melalui video tiktok yang kemudian viral. Video tiktok yang diunggah oleh seorang pria yang akrab disapa Kang Kris ditonton oleh lebih dari 1 juta pengguna.
Ribuan komentar berisi doa dan motivasi mengalir untuk Adia. Menurut Kris, Adia adalah anak luar biasa di usianya saat ini. “Adia mau meninggalkan masa mainnya dimana orang lain seusianya sedang asyik dengan game online, nongkrong bergabung dengan geng motor Adia lebih memilih peduli kepada orang tuanya dan kebutuhannya sendiri terutama kebutuhan sekolah karena dia punya keinginan dan tidak mau sekolahnya putus ada sesuatu yang luar biasa di diri Adia,” kata Kris kepada media, Sabtu (19/11/2022).
Terakhir, Adia dikabarkan banyak mendapatkan bantuan. Mimpinya memiliki kios sayuran terkabul.
Semangat Intan yang Menyala Dalam Gelap
Intan, gadis pelajar sekolah dasar (SD) di Sukabumi mendadak viral di media sosial. Narasi penyerta dalam unggahan dalam foto dan video menceritakan kegigihan gadis itu mengenyam pendidikan di tengah keterbatasan menarik simpati publik.
Di balik itu, ada sisi lain yang juga mengunggah rasa iba. Tentang jerat kemiskinan, rumah tak layak, dan belum adanya penerangan yang terpasang di rumah berdinding teriplek degan ukuran kurang lebih 5 x 6 meter persegi. Bisa dibilang rumah itu berada di tengah-tengah hutan di kawasan Perkebunan Sukamaju, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Rumah itu dihuni tiga orang, yaitu Erna (47), Intan, dan kakaknya Galuh (17). Di bagian luar terlihat beberapa genting rumah sudah terlepas dari tempatnya, ketika hujan air deras masuk ke dalam kamar dan ruang tengah rumah.
“Dulu almarhum suami yang bangun di sini, karena jauh kemana-mana mungkin listrik juga tidak dipasang. Jadi dari dulu sudah terbiasa gelap-gelapan, Intan juga kalau belajar pakai cetir lampu kapas pakai minyak sayur,” tutur Erna kepada detikJabar, Kamis (7/3/2024).
“Misah rumah, listrik dari dulu pakai minyak sayur pakai sumbu kapas. Intan belajar penerangannya pakai sentir (lampu dari minyak), dulu sekali sekitar 5 tahunan yang lalu rumah ini pernah diperbaiki sama polisi, saya lupa nama-namanya, itu juga waktu suami masih ada,” lirihnya.( Biro Sukabumi)